Powered By Blogger

Senin, 23 Februari 2015

TENTANG GENGSI

Gengsi, emang cuma sebuah kata. Tapi auranya membahana, hingga merasuk ke dalam aliran darah banyak manusia. Di antara kita, berapa banyak hidup bermodalkan gengsi? Ya gengsi. Kata banyak orang gengsi bicara tentang kehormatan, tentang martabat. Kerenn banget sih si gengsi …Pertanyaannya, apakah kita bangga punya gengsi? Kalo saya yang jawab, tidak. Karena hidup tidak diukur dari gengsi kita. Kalo umur kita sudah tua, buat apa bilang masih muda. Kalo cinta, ngapain cuma ngeliatin doang; kenapa gak bilang cinta. Kalo ekonominya pas-pasan, buat apa gayanya seperti perum peruri. Uhhh, gengsi, gengsi, sungguh penyakit mental yang berbahaya.

GENGSI, memang menyeramkan. Bikin banyak orang tidak apa adanya. Bikin hidup penuh kamuflase alias semu. Bikin orang gak mampu maksain diri. Bikin kita jadi doyan berbohong. Bikin gaya hidup jadi gak bener. Bikin yang primer jadi kalah ama yang tersier. Bikin anak-anak kita jadi ikut-ikutan gak bener. Lagi-lagi, gengsi sungguh menyeramkkan.  Ahhh, masak sih sampe segitunya ngebelain gengsi?


Syukurlah kalo kita eling. Tapi coba lihat aja ke Starbucks. Di situ kita beli kopi apa beli gengsi?  Kalo beli kopi, di warung kopi pinggir jalan juga gak masalah. Kan semua kopi diseduh pake air panas dari dalam termos. Lha kan kita nyari tempat ngopi yang nyaman? Kalo nyari tempat yang nyaman gak masalah. Asal jangan bilang gak bisa ngopi di tempat yang gak enak aja. Atau biar keliatan, ngopinya lebih berkelas ….. itu namanya gengsi hehe.

Gengsi kan buat harga diri kita juga?  Kata siapa. Harga diri dengan gengsi itu beda. Harga diri itu basisnya kesadaran akan apa yang kita miliki. Kalo gengsi, basisnya gila kehormatan atau gila martabat. Ketika harga diri kita kokoh maka gengsi akan melekat dengan sendirinya. Tapi jangan dibalik, menjual harga diri demi gengsi. Apalagi sampe berani mengorbankan harga diri hanya untuk hal-hal yang sepele. Pusing kan? Sama dong. Gengsi itu gak enak dimakan. Tapi banyak orang mati-matian memburu gengsi. Berani melakukan apa saja, demi gengsi. Luar biasa ya. Wajar kalo sekarang, banyak orang bertikai demi kekuasaan, bertengkar untuk popularitas, bertindak melawan hukum, atau berperilaku amoral. Semuanya terjadi karena mengejar GENGSI.


Kalo kata agama, urusan gengsi itu bukan urusan supaya dihargai orang. Bukan soal kasta sosial yang kamuflase. Tapi gengsi adalah tidak meminta-minta kepada selain Allah. Itu baru keren, gengsi demi Allah.
Jadi kita harus gimana dong? Ya gak gimana-gimana. Kita cuma perlu mawas diri aja terhadap penyakit gengsi. Karena gede gengsi itu membahayakan pemiliknya. Hiduplah apa adanya, gak usah banyak gengsi. Kita tidak hidup dari gengsi, tapi dari Allah.

Hidup kita adalah pesawat kita. Kita yang jadi pilotnya. Istri dan anak-anak kita jadi co-pilotnya. Orang lain di sekitar kita hanya penumpang saja. Ada yang di kelas ekonomi, kelas bisnis, atau kelas eksekutif. Kalo kita gak suka sama hidup kita, silakan turun dari pesawat …. gampang kan?  :D  :D


Griyayasa Tangerang Raya




Tidak ada komentar:

Posting Komentar