Gengsi, emang cuma sebuah kata. Tapi auranya membahana, hingga merasuk ke dalam aliran darah banyak manusia. Di
antara kita, berapa banyak hidup bermodalkan gengsi? Ya gengsi. Kata
banyak orang gengsi bicara tentang kehormatan, tentang martabat. Kerenn banget sih si gengsi …Pertanyaannya, apakah kita bangga punya gengsi? Kalo saya yang jawab, tidak. Karena hidup
tidak diukur dari gengsi kita. Kalo umur kita sudah tua, buat apa bilang
masih muda. Kalo cinta, ngapain cuma ngeliatin doang; kenapa gak bilang
cinta. Kalo ekonominya pas-pasan, buat apa gayanya seperti perum
peruri. Uhhh, gengsi, gengsi, sungguh penyakit mental yang berbahaya.
GENGSI, memang menyeramkan. Bikin banyak orang
tidak apa adanya. Bikin hidup penuh kamuflase alias semu. Bikin orang
gak mampu maksain diri. Bikin kita jadi doyan berbohong. Bikin gaya
hidup jadi gak bener. Bikin yang primer jadi kalah ama yang tersier.
Bikin anak-anak kita jadi ikut-ikutan gak bener. Lagi-lagi, gengsi
sungguh menyeramkkan. Ahhh, masak sih sampe segitunya ngebelain gengsi?
Syukurlah kalo kita eling. Tapi coba lihat
aja ke Starbucks. Di situ kita beli kopi apa beli gengsi? Kalo beli
kopi, di warung kopi pinggir jalan juga gak masalah. Kan semua kopi
diseduh pake air panas dari dalam termos. Lha kan kita nyari tempat
ngopi yang nyaman? Kalo nyari tempat yang nyaman gak masalah. Asal
jangan bilang gak bisa ngopi di tempat yang gak enak aja. Atau biar
keliatan, ngopinya lebih berkelas ….. itu namanya gengsi hehe.
Gengsi kan buat harga diri kita juga? Kata siapa. Harga diri dengan gengsi itu
beda. Harga diri itu basisnya kesadaran akan apa yang kita miliki. Kalo
gengsi, basisnya gila kehormatan atau gila martabat. Ketika harga diri
kita kokoh maka gengsi akan melekat dengan sendirinya. Tapi jangan
dibalik, menjual harga diri demi gengsi. Apalagi sampe berani
mengorbankan harga diri hanya untuk hal-hal yang sepele. Pusing kan? Sama dong. Gengsi itu gak enak dimakan. Tapi banyak orang mati-matian memburu
gengsi. Berani melakukan apa saja, demi gengsi. Luar biasa ya. Wajar
kalo sekarang, banyak orang bertikai demi kekuasaan, bertengkar untuk
popularitas, bertindak melawan hukum, atau berperilaku amoral. Semuanya
terjadi karena mengejar GENGSI.
Kalo kata agama, urusan gengsi itu bukan
urusan supaya dihargai orang. Bukan soal kasta sosial yang kamuflase.
Tapi gengsi adalah tidak meminta-minta kepada selain Allah. Itu baru
keren, gengsi demi Allah.
Jadi kita harus gimana dong? Ya gak gimana-gimana. Kita cuma perlu mawas
diri aja terhadap penyakit gengsi. Karena gede gengsi itu membahayakan
pemiliknya. Hiduplah apa adanya, gak usah banyak gengsi. Kita tidak
hidup dari gengsi, tapi dari Allah.
Hidup kita adalah pesawat kita. Kita yang
jadi pilotnya. Istri dan anak-anak kita jadi co-pilotnya. Orang lain di
sekitar kita hanya penumpang saja. Ada yang di kelas ekonomi, kelas
bisnis, atau kelas eksekutif. Kalo kita gak suka sama hidup kita,
silakan turun dari pesawat …. gampang kan? :D :D
Griyayasa Tangerang Raya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar